Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Dualisme PB HMI Periode 2002-2004 dan Cara Penyelesaiannya Part 2

 Untuk mengkomunikasikan konsep itu, hari jumat 06 Februari 2003 Agussalim Sitompul menelfon Kholis Malik lewat hp-nya untuk bertemu 4 mata. Jawaban Kholis Malik ketika itu ia sedang dikejar-kejar orang. Menurut yang di dengar Agussalim Sitompul, Kholis Malik dikejar-kejar bukan dalam arti negatif akan tetapi dicari-cari oleh tim yang ditugaskan sidang pleno agar Kholis Malik dapat hadir diarena Sidang Pleno untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul di PB HMI. Kholis Malik berjanji,  selepas jumat akan menelfon Agussalim Sitompul untuk bertemu 4 mata.   Agussalim Sitompul berpesan kepada Muchlis Tapi Tapi, kalau Kholis Malik datang ke arena sidang pleno atau terjadi sesuatu, saya segera diberitahu. Ternyata sampai sidang pleno PB HMI berakhir, Kholis Malik tidak nampak sama sekali. Ketidak hadiran Kholis Malik, maka sidang pleno PB HMI memutuskan mem-Pj-kan ketua umum PB HMI kepada Muchlis Tapi Tapi, kemudian menyusun struktur dan personalia PB HMI dengan Sekjend Hery Su

Dualisme PB HMI Periode 2002-2004 dan Cara Penyelesaiannya Part 1

 Kongres ke-23 HMI di Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur tanggal 22 April-1 mei 2002, telah memilih dan menetapkan Kholis Malik (HMI Cabang Yogyakarta), sebagai ketua umum PB HMI periode 2002-2004. Kholis Malik menang atas Ahmad Doli Kurniawan. Beberapa saat setelah kongres ditutup, tersiar luas berita bahwa Kholis Malik tidak lagi berstatus sebagai Mahasiswa, maka otomatis tidak lagi menjadi anggota HMI. Maka berarti terpilihnya Kholis Malik tidak memenuhi syarat dan dengan sendirinya batal, maka perlu dilaksanakan kongres luar biasa HMI sekarang juga, karena peserta belum pulang ke Cabang masing-masing. Akan tetapi suara-suara sumbang itu dapat diredam. Struktur dan susunan PB HMI periode 2002-2004 pun terbentuk, posisi Sekretaris Jenderal PB HMI dipegang Muchlis Tapi Tapi.   Dari kasus ini pada pertengahan bulan mei 2002 data secara tertulis menunjukkan bahwa Kholis Malik dengan keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 406/SK/R/UI/2001, Tentang Pemberhentian Sebag

Kekuatan Dan Kelemahan HMI Menurut Agussalim Sitompul

A. Kekuatan (Strength)   Letak kekuatan HMI pada prinsipnya nampak pada tiga wawasannya yaitu wawasan keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan yang berorientasi pada keilmuan. Selain tiga faktor utama itu seperti disebutkan di muka, kekuatan HMI sebagai organisasi perjuangan meliputi delapan faktor yaitu: 1. Berlandaskan/bernafaskan Islam, yang bersumber kepada Al Quran dan Sunnah. 2. Berwawasan keindonesiaan atau kebangsaan. 3. Bertujuan terbinanya 5 kualitas insan cita dengan 17 Indikator. 4. Bersifat independen. 5. Berstatus sebagai organisasi mahasiswa, yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, calon sarjana dan calon cendekiawan. 6. Berfungsi sebagai organisasi kader, yang memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungannya sebagai kader pelopor dan kader bangsa. 7. Berperan sebagai organisasi perjuangan yang berusaha melakukan perubahan, perbaikan terhadap semua tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan kontemporer, sehingga tercipta suasana baru yang be

Mengapa Lafran Pane Menyerahkan Jabatan Ketua Umum PB HMI Kepada M.S.Mintaredja

   Beberapa bulan setelah HMI berdiri pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 Hijriah bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 Masehi, muncul berbagai informasi di kalangan mahasiswa bahwa HMI didirikan hanya untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) saja. Kabar tersebut sampai ke telinga Lafran Pane. Guna memupus stereotip HMI didirikan hanya untuk mahasiswa STI, Lafran Pane kemudian berinisiatif mencari mahasiswa Islam di luar STI.   Jalan terbuka, Lafran Pane bertemu dengan Muhammad Syafaat Mintaredja di alun-alun utara Yogyakarta saat shalat Idul Fitri 1366 H. Lafran Pane tahu M.S. Mintaredja adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), sebelumnya keduanya telah berkenalan di kereta api dalam perjalanan ke Kongres Perhimpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Malang bulan maret 1947. Saat itu M.S. Mintaredja mewakili delegasi Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY). Habis shalat, Lafran Pane berjanji untuk bertukar pikiran tentang HMI dan dunia kemahasiswaan.  Lafr

Pemikiran Anas Urbaningrum: HMI Harus Mereformasi Diri

 Pendapat ini disampaikan Anas Urbaningrum sebagai konsep jabatannya ketika diadakan pelantikan PB HMI periode 1997-1999 dan serah terima jabatan tanggal 27 September 1997. Walaupun dikatakan bahwa pemikiran ini merupakan visi HMI 2 tahun kedepan, yang perlu disahuti kader HMI agar organisasi ini senantiasa solid menghadapi tantangan zaman yang terus bergejolak. Namun nampaknya pemikiran yang disampaikan Anas Urbaningrum tersebut masih relevan untuk menjadi wacana untuk membangun kembali citra HMI      Anas Urbaningrum berpendapat bahwa dari kacamata sosiologis, posisi sosial HMI kini sedang tinggi. Ini lantaran ditopang pilar-pilar yang kokoh, salah satunya berupa kiprah dan peran alumninya. Namun ironisnya gemerlap prestasi sosial itu justru di ikuti menurunnya gradasi HMI pada berbagai dimensinya.    Saat ini HMI tengah gencar-gencarnya menerima kritik. Berbagai ragam kritik itu jika disarikan mengerucut pada pada 3 hal. Pertama, macetnya reproduksi intelektual . Ke

Mengapa Cak Nur Menolak Tawaran Soeharto dan Mundur Dari Bakal Calon Presiden?

   Siapa yang tidak kenal dengan Nurcholish Madjid yang akrab disapa Cak Nur seorang tokoh pembaharu pemikiran islam dan juga Ketua Umum PB HMI dua peroide (1966-1971). Cak Nur lahir di Jombang Jawa Timur  17 Maret 1939, beliau meninggal di Jakarta 29 Agustus 2005.    Cak Nur adalah sosok yang sederhana dalam penampilannya. Ia senang berkemeja tangan pendek. Cita-cita masa kecilnya menjadi seorang masinis kereta api. Keyakinan bahwa kebenaran memiliki kekuatannya sendiri untuk membela dirinya begitu kuat terpancar dalam setiap pemikiran dan sikapnya.     Pemahaman akan akar-akar historis yang melandasi berbagai pemikiran dan peradaban umat manusia dikuasainya secara mendalam dan meluas. Dalam memandang dan memberikan solusi terhadap berbagai persoalan, selalu mempertimbangkan aspek keadilan dan jalan tengah. Ide-idenya banyak menginspirasi berbagi kelompok dan individu. Kekuatan pemikiran, ditambah kesantunan dan ketenangan dalam melihat berbagai persoalan menjadi ciri ut

Keberanian Kader HMI Cabang Jakarta Mempertahankan Sejengkal Tanah Dari PKI

 Di bawah pemerintahan Soekarno, perayaan hari proklamasi berupa pidato kenegaraan (dari Presiden Soekarno) kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan dari ormas-ormas (organisasi massa) yang berbaris membawah bendera masing-masing melewati podium dengan Presiden Soekarno berdiri didampingi oleh sejumlah menteri dan panglima-panglima angkatan.  Podiumnya bukanlah diteras istana merdeka, melainkan dibangun secara khusus ditrotoar didepan istana, sehingga barisan-barisan yang berbaris di jalan merdeka utara akan melihat dan menatap wajah Bung Karno yang berdiri di podium.  Dalam rangka peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1965, HMI bertekad untuk turut serta dalam arak-arakan ormas-ormas yang nantinya akan dilihat oleh Presiden Soekarno dan para pejabat tinggi lainnya. Beberapa hari sebelum tanggal 17, Ekky Syahruddin sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jakarta, menghubungi panitia perayaan untuk meminta jatah kavling bagi ormas yang akan ikut serta dalam arak-arakan. Setiap ormas di

Keputusan Presiden Soekarno: HMI Jalan Terus

   Setelah saya (A. Dahlan Ranuwihardjo) menghubungi Kolonel Sucipto (Sekretaris Pemimpin Besar Revolusi) bahwa beliau telah meneruskan laporan-laporan PB HMI kepada Bung Karno, saya merasa harus melakukan tindak lanjut (follow up). Pada tanggal 14 September 1965 bersama dengan PJ Ketua Umum PB HMI Moenajat Aminarto dan Ahmad Nurhani anggota senior HMI Cabang Bandung yang duduk sebagai anggota PB HMI, kami bertiga datang ke kantor Wakil Perdana Menteri 1 bapak Soebandrio di jalan Diponegoro untuk bertemu dengan beliau membicarakan tindak lanjut setelah PB HMI melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 8/1964. Pagi itu, Pak Soebandrio tidak bisa menerima kami karena harus menghadap Presiden Soekarno. Pak Ban, panggilan akrab Dr. Soebandrio, meminta saya ikut dalam mobil Waperdam 1 bersama-sama menghadap Bung Karno di istana. Karena tempat di mobil tidak cukup, Nurhani dan Aminarto tidak dapat ikut dalam mobil Pak Ban.     Di dalam mobil, saya sempat menanyakan kepada Pak Ban kapa

Kemunduran HMI: Menurunnya Jumlah Mahasiswa Yang Masuk HMI

   Komisariat sebagai ujung tombak HMI, seharusnya dapat memperoleh anggota baru setiap tahun ajaran baru sebanyak 1/2+1 dari mahasiswa baru yang memasuki fakultas. Sebagai perbandingan, HMI Cabang Jakarta pada tahun 1966-1967 satu kali angkatan Maperca (masa perkenalan calon anggota) diikuti 7500 mahasiswa. Ketika itu ada 3 angkatan maperca, berarti anggota baru HMI Cabang Jakarta pada tahun tersebut sebanyak 22500 orang. HMI Cabang Yogyakarta melaksanakan maperca 3 angkatan, masing-masing 2500 mahasiswa, berarti anggota baru HMI Cabang Yogyakarta pada tahun 1966-1967 sebanyak 7500 orang.    Mahasiswa adalah sumber potensi untuk diolah menjadi anggota HMI, dan akhirnya diolah menjadi kekuatan. Anggota adalah sumber kader, dan kader adalah calon pengurus. Kalau anggota dan pengurus tidak ada, maka dua unsur organisasi tidak terpenuhi, berarti organisasi tidak bisa berdiri.    Salah satu imbas positif kalau anggota HMI itu banyak, bahwa semakin banyak mahasiswa baru masuk

HMI Melakukan Politik Praktis?

   Pada masa gawat dan kritis pada tahun 1964-1965 itu, yaitu karena adanya serangan-serangan dari pihak yang anti HMI dan HMI-phobia, pendidikan politik itu boleh dikatakan mengandung muatan politik praktis. HMI bukanlah organisasi politik, bukan pula onderbouw  partai politik. Tetapi mengapa HMI harus pula melibatkan diri dalam politik praktis? Ini tidak lain karena HMI dijadikan obyek politik praktis oleh partai-partai politik yang anti HMI dan HMI-phobia.    Untuk menanggulangi sikap-sikap yang menjadikan HMI sebagai objek politik praktis itu, HMI telah dapat menghindari dari melakukan politik praktis. Namun kegiatan atau lebih tepatnya keterlibatan HMI dalam politik praktis itu semata-mata hanyalah untuk mempertahankan eksistensi HMI terhadap serangan kaum anti HMI dan HMI-phobia.    Lama setelah bahaya serangan terhadap HMI dapat ditanggulangi dan eksistensi HMI telah mantap kembali bahkan menjadi lebih tegar dari pada sebelumnya terhadap HMI masih ada saja menuding