Anas Urbaningrum berpendapat bahwa dari kacamata sosiologis, posisi sosial HMI kini sedang tinggi. Ini lantaran ditopang pilar-pilar yang kokoh, salah satunya berupa kiprah dan peran alumninya. Namun ironisnya gemerlap prestasi sosial itu justru di ikuti menurunnya gradasi HMI pada berbagai dimensinya.
Saat ini HMI tengah gencar-gencarnya menerima kritik. Berbagai ragam kritik itu jika disarikan mengerucut pada pada 3 hal. Pertama, macetnya reproduksi intelektual. Kedua, menipisnya kritisisme dan ketiga, munculnya krisis nilai (islam) dalam dinamika empirik organisasi.
Beriringan dengan gencarnya kritik itu, HMI juga masih disibukkan oleh persoalan klasik di seputar pelaksanaan perkaderan, konflik intern organisasi dan sebagainya. Juga dengan tuntutan lingkungan strategis di masa depan, khususnya kompetisi kualitas sumber daya manusia dan tantangan sektor ekonomi dalam era perdagangan bebas.
Oleh karena itu, dibutuhkan terapi yang tepat guna memulihkan kredibilitas HMI dalam percaturan peran-peran kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang selaras dengan semangat zaman. Berikut ini dipaparkan visi HMI ke depan, yang perlu disahuti kader HMI agar organisasi ini senantiasa solid menghadapi tantangan zaman yang terus bergejolak itu.
1. Politik Etis HMI
Para aktivis HMI, tidak boleh terjebak secara psikologis atas kesuksesan yang selama ini yang dicapai HMI. Kesuksesan itu tidak boleh dianggapi dengan kepuasan. Sebagai organisasi yang sudah tua, HMI betapapun akan tetap dihitung sebagai political force. Oleh karena itu, HMI harus paham dengan dinamika politik. ini penting untuk memposisikan HMI sebagai subjek politik, dan bukan objek politik. Akan tetapi harus dicatat dengan tegas, bahwa politik HMI adalah politik kemahasiswaan. Politik HMI adalah politik kaum intelektual yang merupakan terjemahan dari kritisisme, etos transformatif, dan di bingkai oleh etika dan moralitas. Karena itu, HMI harus merawat independensi politiknya dihadapan kekuatan apapun.
2. Peningkatan Visi Intelektual
Upaya membangkitkan kekuatan intelektual dari kader-kader HMI hukumnya fardhu. HMI harus semakin menyadari bahwa dinamika intelektual kelompok lain semakin berkembang, sementara justru semakin meredup di HMI yang dulu senantiasa berada di garis depan. Karenanya HMI dituntut untuk melanjutkan prestasi sejarah tersebut. Membangkitkan kembali kekuatan intelektual ini membutuhkan beberapa hal. Pertama, lingkungan yang kondusif, berupa kebijakan organisasi dan komitmen pemimpin organisasi di berbagai tingkatan. Kedua, menyediakan sarana bagi debat pemikiran, misalnya penerbitan jurnal ilmiah.
3. Penguatan Basis
HMI dituntut pula untuk menterjemahkan komitmen ke indonesiaan dan keislaman sekaligus. Dalam kerangka itu, HMI harus mengembangkan keterlibatan dan interaksinya antar Generasi Muda Islam (GEMUIS), dan kelompok Cipayung. Sementara itu, juga dibutuhkan reorientasi aktivitas yang diorientasikan untuk mengakomodasi aspirasi, kepentingan dan kebutuhan mahasiswa. Hal ini penting bagi upaya memperkuat kembali basis HMI di kampus.
4. Modernisasi Organisasi
Upaya modernisasi organisasi harus menjadi perhatian yang serius. Dimensi-dimensinya bukan hanya hard ware (perangkat keras), tetapi juga soft ware (perangkat lunak) dan brain ware (programer). Tidak semata struktural tetapi juga kultural. Beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian adalah: pertama, mendorong keluarga besar HMI untuk membangun sekretariat permanen dengan segala pirantinya. Kedua, menumbuhkan kultural riset dan semangat datatif dalam organisasi. Ketiga, menguatkan kultur taat asas, dengan peningkatan pemahaman dan loyalitas pada aturan main atau mekanisme organisasi. Keempat, meningkatkan kualitas interaksi dan komunikasi baik secara vertikal maupun horizontal. Selain forum-forum resmi organisasi, perlu diperbanyak forum-forum alternatif yang bermanfaat. Kelima, dengan menerbitkan media komunikasi berupa buletin aktivitas. Ini penting bagi sosialisasi, kebijakan-kebijakan organisasi secara lebih kentara.
5. Peningkatan Kualitas Perkaderan
Perkaderan HMI di masa yang akan datang, harus benar-benar berkualitas. Dalam bahasa yang cukup menggugah, yakni bagaimana kita senantiasa mengembangkan perkaderan membangun peradaban. Kualitas perkaderan itu sangat dibutuhkan oleh kemampuan HMI untuk menjauhkan diri dari formalisme perkaderan. Perkaderan formal penting sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan administratif struktural yang bersifat formal serta kerangka-kerangka dasar yang akan dikembangkan lebih lanjut. Sementara perkaderan nonformal dan informal adalah medan yang lebih luas untuk proses penempatan kualitas kader, intelektualitas, profesionalitas, loyalitas, religiusitas dan integritas para kader HMI dapat lebih tajam dalam perkaderan yang nonformal dan informal seperti up grading, diskusi, seminar, riset dan sebagainya.
6. Peningkatan Kualitas Keislaman
Komitmen HMI pada Islam sebagai ajaran dan umat Islam sebagai entitas empiriknya musti benar-benar berupaya diwujudkan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa hal. Pertama, melanjutkan upaya pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Ini hanya mungkin apabila HMI membangkitkan kembali wacana-wacana keislaman. Kedua, semakin memperjelas "identitas empirik" di tengah dunia kemahasiswaan. Ini penting untuk menangkis gejala yang mulai berkembang dibeberapa kampus umum. "Islam Yes, HMI No". Meningkatkan kegandrungan mahasiswa pada spiritualitas dan meningkatnya praktek keberagamaan di kampus, tidak pararel dengan peningkatan kuantitas dan kualitas dalam rekruitmen kader HMI. Kecenderungan ini muncul karena HMI dikesankan sebagai tidak jelas keislamannya secara empirik. Ketiga, memperkuat ruh spiritualitas dalam dinamika organisasi untuk mengimbangi perkembangan rasionalitas yang kadang kala terlalu jauh.
7. Pengembangan Visi Kewirausahaan
Bagi HMI, enterpreunerships termasuk orientasi baru, mesti mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Bukan saja karena merupakan salah satu terjemahan konkrit dari semangat profesionalitas, akan tetapi juga akan memberikan kontribusi strategis bagi kepentingan umat dan bangsa di masa depan. Orientasi pada Kewirausahaan ini pada jangka menengah akan mengarah pada pembentukan middle class ekonomi, yang akan menjadi pilar bagi kekuatan ekonomi umat.
#YakinUsahaSampai
Sumber Buku: 44 Indikator Kemunduran HMI oleh Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul.
Komentar