Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

HMI Tidak Perlu Ada

     Almarhum pemrakarsa pendiri HMI Prof. Drs. H. Lafran Pane, ketika memberi sambutan pada peringatan Dies Natalis ke-22 HMI Cabang Yogyakarta di Gedung Seni Sono Yogyakarta 5 Februari 1969 mengatakan:"bahwa sebenarnya HMI tidak perlu ada. Karena apa yang dilaksanakan HMI dapat dikerjakan Corps Mahasiswa (CM) tahun 1947, oleh Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) tahun 1960, oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) 1965. Dapat juga dilakukan oleh organisasi lain, yang berdiri kemudian" (seperti KNPI 23 Juli 1973). Namun demikian kenyataannya seperti yang kita saksikan saat ini, bahwa HMI ada. Kalau begitu mengapa demikian, tanya Lafran Pane.  Lebih lanjut Lafran Pane mengatakan:"Walaupun CM, PPMI, KAMI dapat melakukan apa yang dilakukan HMI, namun ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan organisasi tersebut, dan hanya dapat dilakukan oleh HMI, yaitu Perkaderan seperti yang dilakukan oleh HMI, yang merupakan ciri khas HMI, yang tidak dimiliki or

Pendiri HMI Yang Tak Dikenal Oleh Panitia Kongres

  Kongres VIII HMI di Surakarta (Solo) tahun 1966 mendapatkan pengawasan dan penjagaan yang sangat ketat, karena dikhawatirkan ada musuh dalam selimut masuk ke arena kongres yang bisa merusak suasana. Penjagaan dan pengawasan ketat dilakukan kepada siapa saja yang ingin masuk ke arena kongres tidak boleh masuk tanpa undangan ataupun surat keterangan.    Pada saat itu Lafran Pane yang dikenal sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, ingin masuk ke arena kongres tanpa membawa undangan maupun surat keterangan. Panitia yang menjaga pintu masuk, tentunya adalah kader-kader muda yang sama sekali belum kenal dengan Lafran Pane.     Dengan disiplin yang tinggi, kader-kader muda tadi yang menjadi bagian dari keamanan tidak membolehkan Lafran Pane masuk. Kedua belah pihak sama-sama memegang pendiriannya, yaitu disatu pihak panitia tidak membolehkannya masuk, dan dilain pihak Lafran Pane bersikeras mau masuk ke arena kongres. Lafran Pane mengira di pintu masuk arena kongres ada kader HMI

Nama-Nama Pengurus Besar HMI Periode Pertama

Struktur Pengurus Besar HMI Tahun 1947 Ketua: Lafran Pane Wakil Ketua: Asmin Nasution Penulis I: Anton Timur Djaelani Penulis II: Karnoto Zarkasi Bendahara I: Dahlan Husein Bendahara II: Maisaroh Hilal Anggota: Soewali                : Yusdi Ghozali                : Mansyur #YakinUsahaSampai Sumber Buku: Lafran Pane: Jejak Hayat dan Pemikirannya oleh Hariqo Wibawa Satria

Lafran Pane Seorang Tokoh Sederhana

        Lafran Pane dan keluarga, hidup dalam kesederhanaan. Berkali-kali pindah menyewa rumah, dan terakhir tinggal di komplek IKIP Yogyakarta (sekarang UNY) jl. Mrican 1 E Yogyakarta. Perabotan rumah cukup dan dalam kesederhanaan, tidak terbilang banyak apalagi mewah.    Rumah pribadi, kendaraan pribadi, telepon tidak punya. Kalau Lafran Pane ke kampus memberi kuliah atau ke tempat lain selalu memakai sepeda onthel. Suatu waktu sepeda Lafran Pane di curi atau diamankan mahasiswanya sendiri di IKIP Yogyakarta, dengan maksud agar Lafran Pane tidak naik sepeda lagi ke kampus. Akan tetapi Lafran Pane mengganti sepeda yang hilang itu dengan membeli yang baru.       Mahasiswa yang mengambil sepeda itu memberi tahu kepada Lafran Pane bahwa dialah yang mengambil sepeda itu dengan maksud agar Lafran Pane tidak naik sepeda ke kampus. Mengetahui hal itu Lafran Pane tidak marah, malah Sepeda yang diambil mahasiswa tadi, disuruh ambil oleh Lafran Pane untuk dimiliki, dan Lafran Pane

HMI Menang Melawan PKI Dan CGMI

 Karena kepeloporan dan keberhasilan HMI, ada golongan yang iri dan tidak senang serta tidak rela kalau HMI besar dan jaya. HMI dipandang sebagai penentang, penghalang, dan musuh utama bagi tercapainya tujuan politik mereka. Golongan ini tidak lain adalah Partai Komunis Indonesia dan antek-anteknya, yang menginginkan dan menargetkan agar HMI dapat dibubarkan sebelum meletusnya Gestapu PKI.    Fitnah, hasutan, tuduhan dari paling baik sampai yang terkeji dialamatkan kepada HMI, seperti HMI anti Pancasila, anti Bung Karno, antek DI/TII, antek Masyumi, terlibat PRRI/Permesta. Masa tantangan itu berjalan 16 bulan, dan puncak dari usaha PKI untuk membubarkan HMI, mencapai klimaksnya 1 hari sebelum terjadinya Gestapu PKI, dimana DN Aidit menghasut Presiden Soekarno mengomandokan Pembubaran HMI. Bagi HMI, masa tantangan itu adalah masa yang indah, karena HMI telah diperkaya dengan pengalaman yang sangat besar nilainya, yang belum pernah dijumpai organisasi mahasiswa manapun di duni

Detik-Detik Kelahiran HMI Dan Kata-Kata Lafran Pane

 Setelah mengalami berbagai hambatan yang cukup berat selama kurang lebih 3 bulan, detik-detik kelahiran organisasi mahasiswa islam akhirnya datang juga. Saat itu adalah hari-hari biasa mahasiswa-mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI)  datang sebagaimana biasanya untuk mengikuti kuliah-kuliah, tanpa diduga dan memang sudah takdir Tuhan, mahasiswa-mahasiswa yang selama ini menentang keras kelahiran HMI tidak hadir mengikuti perkuliahan.  Saat itu jam kuliah tafsir, dosennya Hussein Yahya, Lafran Pane meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku ketua III Senat Mahasiswa STI, Hussein Yahya mengizinkan meskipun ia belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu.   Akhirnya, dengan segala persiapan, saat itu hari Rabu pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 M, jam 16:00 Wib bertempat di salah satu ruangan kuliah STI, jalan Setyodiningratan, masuklah mahasiswa Lafran Pane, langsung berdiri di depan k

Perkaderan HMI Di Era Milenial

(PERKADERAN HMI DI ERA MILENIAL             Kehadiran dan keberadaan HMI, selain berstatus sebagai organisasi mahasiswa (pasal 7), berperan sebagai organisasi perjuangan (pasal 9), juga berfungsi sebagai organisasi perkaderan (pasal 8). Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman perkaderan HMI. Pada tahun 1958, pelaksanaan perkaderan HMI seperti yang sekarang ini belum dijamah, karena pada saat itu usia HMI 11 tahun dang anggotanya belum banyak. Akan tetapi memasuki tahun 1959, Ismail Hassan Metareum sebagai Ketua Umum PB HMI periode 1957-1960, menyadari bahwa di masa yang akan datang, di samping anggota HMI akan bertambah banyak, juga HMI harus mempunyai anggota yang terdidik, sehingga merupakan sumberdaya manusia yang handal.             Pembicaraan awal tentang perkaderan HMI dimulai pada Konferensi HMI di Taruna Giri Puncak tanggal 20-24 Juli 1959