Langsung ke konten utama

Wanita Dalam Sistem Konsumen: Seks Sebagai Ganti Cinta



  Masyarakat yang hanya mengesahkan sesuatu dalam istilah-istilah ekonomi tentang produksi, konsumsi, barang konsumsi, dan produk-produk, hanya memahami ekonomi. Wanita bukan lagi makhluk yang merangsangkan imajinasi dan tidak berbicara tentang hal-hal suci. Tidakkah mereka para kekasih dari para pecinta besar, tidak pula mereka mempunyai akar-akar suci. Mereka tidak lagi disebut dalam istilah ibu, teman, pusat inspirasi, dan cermin kehidupan, tidak pula mereka beriman. Sebaliknya, sebagai suatu produk ekonomi, wanita dibeli dan dijual menurut kualitas-kualitas positif-negatif dan ketertarikan seksual nya.

 Kapitalisme, sebagai akibat dari pengembangan waktu senggang, telah membentuk wanita untuk melayani dua tujuan. Pertama, ia memenuhi waktu antara dua pekerjaan yang merupakan bagian dari nasib masyarakat. Kaum borjuis mengeksploitasinya dan menciptakan suatu masa depan yang kering dan asing baginya tanpa tujuan apapun. Tidakkah ia akan bertanya "mengapa saya bekerja?" "mengapa saya hidup?" "untuk siapa saya menderita?".

   Kedua, wanita digunakan sebagai suatu alat untuk hiburan. Sebab satu-satunya makhluk yang mempunyai seks dan seksualitas, telah dipekerjakan supaya para pekerja, pegawai kantor dan para cendekiawan dapat berfikir tentang cara-cara pengeluaran kapital mereka diwaktu senggang dari pada berfikir tentang gagasan mengenai ketiadaan kelas misalnya. Wanita telah dipekerjakan untuk mengisi setiap saat yang kosong dari kehidupan masyarakat. Kesenian dengan cepat bergabung dengan pasar itu sehingga mereka dapat menemukan pesanan-pesanan para kapitalis dan borjuis. Tujuan utama kesenian adalah dari keindahan, semangat, perasaan, dan cinta yang sekarang telah diubah menjadi seks.

    Pasar dari freudisme, pemujaan pada seks yang paling nista dan celaka, telah diterima sebagai suatu filsafat intelektual. Realisme dihadirkan sekarang dalam bentuk pribadi yang sadar intelektual, imajinasi, seni, syair, dan perasaan idealisme telah dikosongkan dan seks telah diperkenalkan sebagai suatu kebajikan dibalik kesenian masa kini. Inilah sebabnya, kita dapati lukisan-lukisan, puisi, film, teater, cerita, novel, dan sandiwara yang mengelilingi kita hadir dalam kerangka seksualitas.

   Kapitalisme mendorong manusia untuk mengkonsumsi banyak supaya manusia lebih tergantung padanya. Juga untuk meningkatkan jumlah yang dikomsumsi dan produk-produk yang dihasilkan. Wanita hanya di hadirkan sebagai makhluk yang seksi, dan selain dari itu tak ada sama sekali. Dengan kata lain ia digunakan dalam iklan dan digunakan sebagai propaganda untuk menciptakan nilai-nilai baru, perasaan baru, dan menarik perhatian kepada produk-produk konsumen baru. Mereka mengadakan perlunya perasaan buatan dalam diri orang. Untuk membunuh perasaan yang membahayakan keuntungan kapitalisme, wanita diterjunkan kedalamnya untuk membunuh perasaan-perasaan agung dan kerohanian yang menghancurkan kapitalisme, ia ikut serta untuk mencegah kematian kapitalisme.

   Seksualitas menggantikan cinta, wanita makhluk terpenjara di abad pertengahan, telah mengambil bentuk budak-budak bebas di zaman baru. Dalam sejarah, dalam peradaban-peradaban besar dengan agama-agama, progresiflah wanita menduduki tempat-tempat yang tinggi melalui jenis cinta yang dapat diberikannya, dalam perasaan-perasaan orang dan dalam kesenian walaupun ia tidak mempunyai persatuan mutlak atau hubungan langsung dengan kesenian.

  Namun ia dipandang sebagai titik inspirasi, perasaan, dan karakteristik spiritual. Sekarang ia telah, mengambil suatu bentuk instrumen yang digunakan untuk melayani tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Ia digunakan untuk mengubah bentuk masyarakat. Ia digunakan untuk menghancurkan nilai-nilai tertinggi dari masyarakat-masyarakat tradisional. Ia digunakan untuk mengubah akhlak. Ia digunakan untuk mengubah masyarakat tradisional, spiritual, etis, religius demi untuk suatu masyarakat konsumsi yang hampa dan tak masuk akal. Ia digunakan untuk mentransformasi kesenian yang merupakan penampilan roh ilahi kemanusiaan. Ia diubah menjadi suatu instrumen untuk seksualitas untuk mengubah tipe kemanusiaan.

#PerempuanAdalahRumahCinta

#Sumber Foto: parade.com

#Sumber Buku: Ali Syariati "Fatimah Adalah Fatimah".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sindikat NDP HMI

sumber foto: Yakusa Blog RPP/SINDIKAT MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI Tujuan Pembalajaran Umum: Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta substansi materi secara garis besar dalam organisasi. Tujuan Khusus: 1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam organisasi. 2.Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan. 3.Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran. 4.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta. 5.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia. 6.Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat. 7.Peserta dapat menjalankan hubungan antara iman, ilmu dan amal. Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab Bahan: Buku-buku filsafat, NDP, papan tulis, spidol dan kebutuhan lain yang relevan. Waktu: 14 Jam Evaluasi: Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1.Sejarah perumusan NDP dan keduduk

Hymne HMI Hasil Kongres ke XXX di Ambon 2018

foto: R.M.Akbar HYMNE HMI Cipt.R.M.Akbar (HMI Cabang Medan) “Bersyukur dan ikhlas Himpunan Mahasiswa Islam Yakin usaha sampai Untuk kemajuan Hidayah dan taufik Bahagia HMI Berdo’a dan ikrar Menjunjung tinggi syiar islam Turut Al-qur’an hadist Jalan keselamatan Ya allah berkati Bahagia HMI” Catatan: Hymne HMI disahkan pada Kongres ke V di Medan tanggal 24-31 Desember 1957. Pada Kongres ke XXX di Ambon 2018, Hymne HMI mengalami perubahan pada teks Turut Qur’an dan hadist menjadi Turut Al-quran hadist. Sumber foto: Yakusa Blog

Pemikiran Anas Urbaningrum: HMI Harus Mereformasi Diri

 Pendapat ini disampaikan Anas Urbaningrum sebagai konsep jabatannya ketika diadakan pelantikan PB HMI periode 1997-1999 dan serah terima jabatan tanggal 27 September 1997. Walaupun dikatakan bahwa pemikiran ini merupakan visi HMI 2 tahun kedepan, yang perlu disahuti kader HMI agar organisasi ini senantiasa solid menghadapi tantangan zaman yang terus bergejolak. Namun nampaknya pemikiran yang disampaikan Anas Urbaningrum tersebut masih relevan untuk menjadi wacana untuk membangun kembali citra HMI      Anas Urbaningrum berpendapat bahwa dari kacamata sosiologis, posisi sosial HMI kini sedang tinggi. Ini lantaran ditopang pilar-pilar yang kokoh, salah satunya berupa kiprah dan peran alumninya. Namun ironisnya gemerlap prestasi sosial itu justru di ikuti menurunnya gradasi HMI pada berbagai dimensinya.    Saat ini HMI tengah gencar-gencarnya menerima kritik. Berbagai ragam kritik itu jika disarikan mengerucut pada pada 3 hal. Pertama, macetnya reproduksi intelektual . Ke