Langsung ke konten utama

Sindikat NDP HMI

sumber foto: Yakusa Blog

RPP/SINDIKAT MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI

Tujuan Pembalajaran Umum:

Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta substansi materi secara garis besar dalam organisasi.

Tujuan Khusus:

1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam organisasi.
2.Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan.
3.Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran.
4.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta.
5.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia.
6.Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat.
7.Peserta dapat menjalankan hubungan antara iman, ilmu dan amal.

Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab

Bahan: Buku-buku filsafat, NDP, papan tulis, spidol dan kebutuhan lain yang relevan.

Waktu: 14 Jam

Evaluasi: Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan

1.Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi

1.1. Pengertian NDP.

Nilai Dasar Perjuangan atau yang sering kita sebut NDP adalah dokumen resmi yang menjadi landasan ideologis bagi organisasi HMI. NDP merupakan perumusan tentang ajaran-ajaran pokok Agama Islam, yaitu nilai-nilai dasarnya, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

1.2. Sejarah perumusan dan lahirnya NDP

Nilai Dasar Perjuangan pada awalnya akan diberi nama Nilai Dasar Islam oleh Nurcholis Madjid, Endang Saefuddin Ansari dan Syakib Mahmud, akan tetapi setelah Cak Nur berpikir kalau disebut Nilai Dasar Islam, maka klaim kita akan terlalu besar. Kita terlalu mengklaim inilah Nilai-Nilai Dasar Islam. Oleh karena, itu lebih baik disesuaikan dengan aktivitas kita sebagai mahasiswa. Lalu Cak Nur mendapat ilham dari beberapa sumber. Pertama adalah kata “nilai-nilai dasar” yang bersumber dari Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosialis Demokrat Jerman yang menulis buku yang berjudul, The Fundamental Values and Basic Demand Of Democratic Socialism. Kemudian kata “perjuangan” bersumber dari karya Syahrir mengenai ideology sosialisme  Indonesia yang termuat dalam Perjuangan kita. Ternyat Syahrir juga tidak orisinal, dia agaknya meniru dari buku Hitler, Mein Kamf. Jadilah Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) itu. Kemudian Cak Nur  membawa draft NDP ke malang pada Kongres IX, mei 1969.

Latar belakang belakang lahirnya NDP bermula ketika pada tahun 1968 Cak Nur menerima undangan pemerintah Amerika yang diwakili Kedutaan Amerika di Indonesia untuk mengunjungi universitas-universitas disana yang waktu itu merupakan pusat-pusat kegiatan mahasiswa. Setelah kunjungannya di Amerika selesai Cak Nur pergi berkeliling ke Timur Tengah yang dimulai dari Istanbul, Libanon, Syiria, Irak, Kuwait, Saudi Arabia, Mesir, Libanon, Pakistan, kemudian berakhir di Sudan. Motif Cak Nur pergi ke Timur Tengah adalah kita di Indonesia selama ini selalu mengaku muslim dan mengaku sebagai pejuang-pejuang Islam, sekarang perlu melihat sendiri bagaimana wujud Islam dalam praktik.

1.3. NDP sebagai kerangka global pemahaman Islam dalam konteks organisasi HMI.

Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntuhkan untuk mengatur pola hidup manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya. Islam sebagai azas HMI yang terkandung didalam NDP haruslah dipahami secara sempurna karena Islam merupakan ajaran yang universal. Maka kader HMI diwajibkan mempunyai idealisme kuat, yang berarti harus memahami NDP secara substansi maupun secara esensi, guna sebagai kerangka global untuk memahami Islam.

1.4. Hubungan Antara NDP dan Mission HMI.

Nilai-Nilai Dasar Perjuangan menjadi ideologi yang dianut oleh organisasi HMI, sedangkan Mission HMI adalah tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setiap kader. Jadi kader HMI dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tidak boleh bertentangan dengan NDP. Bila di umpamakan dengan manusia yaitu antara jasad dan roh, dimana keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.

2. Garis besar Materi NDP.

2.1. Hakikat Kehidupan

Hakikat dari kehidupan adalah untuk mencapai derajat ketaqwaan dengan mempergunakan secara terus menerus fitrah kemanusiaannya hingga hari kematian tiba (Ridha Allah). Kehidupan manusia mempunyai akhir yang jelas, segala perbuatan manusia didunia akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT di hari kemudian sebagai konsekwensi logis eksistensi manusia didunia sebagai khalifah Allah.

2.1.1. Analisa Kebutuhan Manusia

Kebutuhan menurut Imam Al-Ghozali adalah keinginan manusia mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menjalankan fungsinya yaitu menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah dengan beribadah secara maksimal. Dalam ekonomi Islam kebutuhan manusia terdiri dari tiga yaitu: kebutuhan dharuriyat (primer), hajiyyat (sekunder) dan tahsiniyyat (tersier).

2.1.2. Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia.

Selama 4000 Tahun lamanya manusia mencari kebenaran sejati (Tuhan), itu menandakan bahwa kebenaran adalah kebutuhan dasar didalam kehidupan manusia. Kebutuhan akan kebenaran sebagai kebutuhan rohani sangatlah diperlukan sama halnya dengan kebutuhan jasmani. Manusia memiliki fitrah yang secara kodrati cenderung kepada kebenaran (hanif). Allah SWT berfirman yang artinya yaitu: “hadapkanlah dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanif (secara kodrat memihak kebenaran); itulah fitrah Tuhan yang telah menfitrahkan manusia kepadanya”. (QS. Ar-Rum:30)

2.1.3. Islam sebagai sumber kebenaran.

Islam adalah agama yang mengajarkan tentang kedamaian dan kebenaran. Dalam menyiarkan ajaran Islam dilakukan secara damai, tanpa kekerasan dan tanpa paksaan kepada seseorang untuk memeluk agama Islam. Kebenaran agama Islam itu terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” dan sebagai petunjuk bagi manusia. Allah SWT berfirman “Dan kami (Tuhan) telah turunkan kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab (Al-Qur’an) sebagai keterangan segala sesuatu serta sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang Muslim” (QS. An-Nahl:98)

2.2.2. Hakikat Kebenaran.

Kebenaran berasal dari bahasa Arab, dari kata Haq yang berarti tetap, benar, pasti, kenyataan.  Di dalam Al-Qur’an kata Haq muncul sebanyak 287 kali, 197 ayat terdapat dalam surat-surat Makiyyah dan 90 ayat  dalam surat-surat Madaniyyah. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Allah. Dalam Qur’an Surah Al-Baqarah:172  Allah SWT berfirman “kebenaran itu berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.

2.2.1. Konsep Tauhid Laa Ilaaha Illallaah.

Sepanjang sejarah Tauhid wujudnya sama, yaitu paham kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Akan tetapi tekanan implikasinya berubah-ubah. Tekanan pada misi Rasul-rasul pun berubah, misalnya Nabi Isa datang untuk mengubah Taurat (agar aku halalkan bagi kamu sebagian yang diharamkan bagi kamu).

Dalam Agama Islam konsep Tauhid terumuskan didalam kalimat persaksian (syahadat) yang pertama adalah tidak ada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan “tidak ada Tuhan” meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan “selain Allah” memperkecualikan suatu kepercayaan kepada kebenaran. Kalimat persaksian yang kedua adalah “Muhammad adalah Rasul Allah”. Yang esensinya adalah bahwa percaya kepada Allah saja tidak cukup, kita juga harus percaya pada Nabi Muhammad SAW.

2.2.2. Eksistensi dan Sifat-sifat Allah.

Tuhan itu ada, dan yang ada secara mutlak ialah Allah. Dia adalah yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha seterusnya. Allah adalah yang pertama dan yang penghabisan, Yang Lahir dan Yang Batin, dan “kemana juga pun kamu berpaling disanalah wajah Tuhan”, dan “Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada”.

2.2.3. Rukun Iman Sebagai Upaya Mencari Kebenaran.

Rukun artinya landasan atau dasar, sedangkan Iman artinya mempercayai atau meyakini dengan hati, mengucap dengan lidah dan mengamalkannya dengan perbuatan. Dalam Islam ada 6 rukun iman yaitu:
1. Iman kepada Allah

Beriman kepada Allah merupakan rukun iman yang paling utama yang menjadi dasar keimanan seseorang. Beriman kepada Allah berarti wajib mempercayai bahwa Allah itu ada.

2. Iman kepada Malaikat

Beriman kepada Malaikat berarti kita wajib meyakini bahwa Malaikat makhluk yang diciptakan Allah dari Nur (cahaya). Malaikat berbeda dengan manusia yaitu Malaikat tidak mempunyai nafsu sedangkan manusia mempunyai nafsu. Ada 10 Malaikat yang wajib kita ketahui yaitu: Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Raqib, Atid, Munkar, Nangkir, Malik dan Ridwan. 

3. Iman kepada Nabi dan Rasul

Beriman kepada Nabi dan Rasul yaitu meyakini dan percaya bahwa Allah telah mengutus para  Nabi dan Rasul kepada manusia didunia ini untuk memperingatkan manusia dan membawa manusia kejalan yang benar supaya kita bahagia dunia dan akhirat.

4. Iman kepada kitab-kitab Allah

Beriman kepada kitab-kitab Allah yaitu dan meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu (kitab suci) melalui malaikat Jibril kepada para Nabi untuk disampaikan kepada ummat manusia yang berisi tentang petunjuk dan pedoman. Kitab yang Allah turunkan ada empat yaitu:
1. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS.
2. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS.
3. Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS.
4. Al-Quran diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW.

 Dari keempat kitab tersebut, kitab pedoman ummat Nabi Muhammad hanya satu yaitu Al-Quran. Dengan kitab tersebut kita tidak akan tersesat selama-lamanya. Tidak ada kitab lain lagi karena Taurat, Zabur , Injil semuanya sudah melebur kedalam Al-Quran.

5. Iman kepada Hari Akhir

Beriman kepada Hari Akhir yaitu meyakini dan percaya bahwa hari kiamat itu pasti akan datang. Yang mana pada hari itu semua manusia dikumpulkan di padang Mashyar untuk mempertimbangkan amalan-amalan atau perbuatan yang pernaha mereka lakukan selama hidup didunia.

6. Iman kepada Qada dan Qadar

Beriman kepada Qada dan Qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati tentang adanya ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, jadi semua segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah ketetapan Allah SWT.

2.3. Hakikat penciptaan alam semesta.

Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah(statis). Teori ini muncul dikalangan materialis yang tidak percaya tentang penciptaan. Kemudian pada abad ke 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta terbentuk karena adanya sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang.

Dalam Al-Quran diterangkan bahwa Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini. Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya selama enam hari, kemudian dia bersemayam diatas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu apakah kamu tidak memperhatikannya”. (Q.S. Al-Sajdah (32):4)

2.3.1. Eksistensi Alam.

Menurut kaum idealis (Hindu) alam ini tidak memiliki eksistensi yang riil dan objektif. Alam ini adalah semu, palsu, pancaran dari dunia yang konkrit. Sedangkan menurut kaum materialis alam ini memiliki eksistensi yang riil, objektif dan dapat dimengerti oleh manusia yang ada dengan sendirinya.

Dalam pandangan Islam alam memiliki eksistensi yang riil, objektif dan berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap (Sunnatullah). Alam ini mengandung kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis. 

2.3.2. Fungsi dan tujuan penciptaan alam

Fungsi penciptaan alam adalah sebagai objek penilitian guna dimengerti dan dimanfaatkan. Allah berfirman yang artinya: Katakanlah “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasu-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman”. (Q.S Yunus:101) . Sedangkan tujuan penciptaan alam adalah alam diciptakan untuk di kelola manusia dengan sebaik-baiknya dan guna keperluan perkembangan peradaban. Allah berfirman yang artinya: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan”.(Q.S Luqman:20)

2.4. Hakikat-hakikat penciptaan manusia. 

Hakikat penciptaan manusia dilihat sumbernya, yang pertama manusia diciptakan dari tanah. Allah berfirman yang artinya: “Yang membuat segala sesuatu, yang menciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunan dari saripati air yang hina kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh) nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) sedikit sekali tidak bersyukur”. (Q.S. As Sajdah:7) 

Hakikat penciptaan manusia yang kedua manusia diciptakan dari nutfah atau mani. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian kami menjadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik”. (QS. Al Mukminun:14)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Allah SWT menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan keunikan. Hal ini dapat dilihat dari segala hal yang menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Allah SWT berfirman yaitu: “Sungguh kami (Tuhan) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tien:4) 

2.4.1. Eksistensi manusia dan kedudukannya diantara makhluk lainnya.

Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istemewa. Hal ini dikarenakan manusia dikarunia akal sebagai keistimewaan dibandingkan dengan makhlk lainnya. Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di dunia ini. Allah SWT telah membekali manusia dengan berbagai keutamaan sebagai ciri khas yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kami (Tuhan) menawarkan sebuah amanat (akal pikiran) kepada langit-langit bumi dan gunung-gunung, maka mereka itu menolak menanggungnya dan merasa keberatan atas amanat itu. Dan manusia yang menanggungnya; sesungguhnya manusia itu mempersulit diri sendiri dan bodoh”. (QS. Al-Ahzab:72)
2.4.2. Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi. 

Manusia diciptakan Allah di muka bumi ini sebagai khalifah. Kata khalifah berasal dari bahasa arab yakni khalafa atau khalifatan yang artinya meneruskan, sehingga kata khalifah yang dimaksud adalah penerus agama islam. Sebagai khalifah di muka bumi maka manusia wajib menjalankan tugasnya untuk senantiasa menjaga bumi, menegakkan kebenaran, mewujudkan kedamaian dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang di perbuatnya kelak di hari kiamat. Allah berfirman yang artinya yaitu: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah:30)

2.4.3. Manusia sebagai hamba Allah.

Sebagai hamba Allah SWT manusia dituntut untuk beribadah dan menyembah hanya kepada-Nya. Allah SWT berfirman yang artinya yaitu: “Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk berbakti kepadaku.” (QS Ad-Dzariyat:56) 

 Ibadah yang semestinya dilakukan manusia terdiri dari dua golongan yaitu ibadah yang bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang bersifat khusus antara lain adalah sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Sedangkan ibadah yang bersifat umum antara lain adalah melakukan kerja kemanusiaan (amal saleh).

2.4.4. Fitrah, kebebasan dan tanggung jawab manusia.

Sesuatu yang membuat manusia menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melahirkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja manusia yaitu fitrah. Hidup secara fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancar dari hati nurani yan hanif atau suci.

Tanggung jawab manusia sebagai wakil Tuhan di bumi ialah melestarikan bumi dan menjaganya dari kerusakan. Manusia juga memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri beserta keluarganya. Tanggung jawab kepada keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan memelihara iman keluarga. Didalam Al-Quran dinyatakan “Quu anfusakum waahlikum naaran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari neraka).

2.5. Hakikat Masyarakat.

Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab musyarakah. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

2.5.1. Perlunya menegakkan keadilan dalam masyarakat.

Sudah seharusnya keadilan dalam masyarakat harus ditegakkan karena tanpa keadilan kehidupan dalam masyarakat itu tidak akan tentram dan damai. Pertanyaannya siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat tersebut? Sudah pasti masyarakat itu sendiri. Tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya suatu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan. Kualitas terpenting yang harus dipunyainya ialah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran dari kecintaannya yang terbatas kepada Tuhan.

2.5.2. Hubungan keadilan dan kemerdekaan.

Keadilan dan kemerdekaan adalah dua hal yang erat hubungannya, dimana dalam menegakkan keadilan kita juga harus memperhatikan kemerdekaan orang lain. Keadilan akan lahir ketika kemerdekaan manusia itu tidak dirampas oleh orang lain.

2.5.3. Hubungan keadilan dan kemakmuran.

Salah satu tugas dari Pemerintah adalah memakmuran kehidupan bangsa. Kemakmuran akan tercapai jika keadilan dalam masyarakat sudah ditegakkan. Selama keadilan belum ditegakkan maka kemakmuran hanyalah angan-angan semata.

2.5.4. Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan.

Untuk menegakkan keadilan diperlukan pemimpin yang adil, jujur, bijaksana dan bertaqwa kepada Allah SWT. Pemimpin yang formal saja tidak cukup untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat, diperlukan juga kerja sama antara pemimpin dan yang dipimpin. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Setiapa orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggungjawab terhadap kepemimpinan itu”. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim)

2.6. Hakikat Ilmu.

Ilmu (science) diartikan sebagai pengetahuan yang didapat secara ilmiah, atau bisa di sebutkan bagian dari pengetahuan.  Jadi, makna kata hakekat ilmu dapat diartikan sebagai sesuatu yang mendasari atau yang menjadi dasar dari arti atau makna dari ilmu tersebut. Hakekat Ilmu dapat juga diartikan inti-sari dari ilmu tersebut.

2.6.1. Ilmu sebagai jalan mencari kebenaran

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran. Dengan menggunakan kekuatan intelegensinya dan dengan bimbingan hati nuraninya, manusia dapat menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya. Sekalipun relatif, namun kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui oleh manusia dalam perjalanan menemukan kebenaran mutlak. Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal saleh.

2.6.2. Jenis-jenis ilmu

Ilmu dapat dibagi dua kategori yaitu:
1. Ilmu agama yaitu ilmu yang membahas tentang tata cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ilmu umum yaitu seperti ilmu fisika, matematika, biologi, astronomi dan sebagainya.

3. Hubungan antara Iman, Ilmu, Amal

Beriman sifatnya adalah personal atau pribadi. Setiap manusia itu harus menyadari, tidak bias tidak harus punya nilai. Oleh karena iman adalah primer dan segalanya. Oleh karena iman disitu adalah nilai sandaran kita. Kemudian berilmu karena, perjalanan menuju Allah itu meskipun mengikuti al-shirot al-mustaqim dan berhimpit dengan hati nurani kita, tapi disitu adalah masalah perkembangan. Oleh karena itu harus berilmu. Harus mujahadah. Semua ilmu yang kita miliki taka da gunanya jika kita tidak mengamalkan kepada sesama. 

Iman tanpa ilmu adalah pincang, ilmu tanpa iman adalah buta. Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu: “Beriman, berilmu dan beramal”.





DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan terjemahan, Departemen Agama RI

Abdurrahman an-Nahlawy. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani,Press

Prof.Dr. Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah telaah Kritis tentang masalah keimanan, kemanusian dan kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina,1992

Pro. Dr. Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban;Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam DalamSejarah. Paramadina. 2008.

Akmal Azhari, 2007,Islam Mahzab HMI, Kultura (GP Prees Grup), Jakarta

Akmal Azhari, NDP HMI, Teks, Interpretasi, dan Kontekstualisasi 

Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam, Mizan, 1992.

Amstrong Karean, 2002, Sejarah Tuhan : Kisah Pencarian Tuhan yang dilakukan oleh orang-orang yahudi, kristen dan islam selama 4.000 tahun, Mizan, Bandung

Bintang Arasy visualisasi skematis NDP HMI, Majelis Wilayah KAHMI Aceh

Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pustaka Pelajar, 1999

Hasan Hanafi , Ideologi, Agama dan Pembangunan, P3M, 1992.

Teks NDP HMI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hymne HMI Hasil Kongres ke XXX di Ambon 2018

foto: R.M.Akbar HYMNE HMI Cipt.R.M.Akbar (HMI Cabang Medan) “Bersyukur dan ikhlas Himpunan Mahasiswa Islam Yakin usaha sampai Untuk kemajuan Hidayah dan taufik Bahagia HMI Berdo’a dan ikrar Menjunjung tinggi syiar islam Turut Al-qur’an hadist Jalan keselamatan Ya allah berkati Bahagia HMI” Catatan: Hymne HMI disahkan pada Kongres ke V di Medan tanggal 24-31 Desember 1957. Pada Kongres ke XXX di Ambon 2018, Hymne HMI mengalami perubahan pada teks Turut Qur’an dan hadist menjadi Turut Al-quran hadist. Sumber foto: Yakusa Blog

Pemikiran Anas Urbaningrum: HMI Harus Mereformasi Diri

 Pendapat ini disampaikan Anas Urbaningrum sebagai konsep jabatannya ketika diadakan pelantikan PB HMI periode 1997-1999 dan serah terima jabatan tanggal 27 September 1997. Walaupun dikatakan bahwa pemikiran ini merupakan visi HMI 2 tahun kedepan, yang perlu disahuti kader HMI agar organisasi ini senantiasa solid menghadapi tantangan zaman yang terus bergejolak. Namun nampaknya pemikiran yang disampaikan Anas Urbaningrum tersebut masih relevan untuk menjadi wacana untuk membangun kembali citra HMI      Anas Urbaningrum berpendapat bahwa dari kacamata sosiologis, posisi sosial HMI kini sedang tinggi. Ini lantaran ditopang pilar-pilar yang kokoh, salah satunya berupa kiprah dan peran alumninya. Namun ironisnya gemerlap prestasi sosial itu justru di ikuti menurunnya gradasi HMI pada berbagai dimensinya.    Saat ini HMI tengah gencar-gencarnya menerima kritik. Berbagai ragam kritik itu jika disarikan mengerucut pada pada 3 hal. Pertama, macetnya reproduksi intelektual . Ke