Langsung ke konten utama

"Refleksi 73 Tahun HMI Mengabdi Untuk Indonesia"



“CITA HMI UNTUK INDONESIA”
“73 TAHUN HMI MENGABDI UNTUK UMAT DAN BANGSA”

Kelahiran organisasi Himpunan Mahasiswa Islam tujuh puluh tiga tahun lalu merupakan sebuah tuntutan dan keharusan sejarah. Dia lahir di saat rakyat Indonesia sedang berperang melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan. Awal kelahirannya telah dihadapkan kepada berbagai tantangan yang datang silih berganti. Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, HMI tampil sebagai avant garde atau kader pelopor bangsa, bersama-sama Pemerintah dan rakyat menjawab berbagai tantangan sehingga bangsa Indonesia memperoleh kedaulatannya pada tanggal 27 Desember 1949. Dengan usia tujuh puluh tiga tahun ini adalah bukti eksistensi HMI yang telah teruji waktu, situasi, dan kondisi. Eksistensi itu harus terus diuji lagi berulang kali, tiada berhenti tanpa sejenak pun. Untuk keberlangsungan hidup atau eksistensi seseorang itu baru akan meningkat dan besar setelah diuji, dan berhasil lulus dalam ujian itu. Sesuai dengan firman Allah Swt, dalam QS. Al-Baqarah (2:286) yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.

Dengan usia HMI yang semakin tua, sudah saatnya kita sebagai kader untuk merenung, memikirkan, dan menanyakan kembali tentang diri kita, tentang kehidupan lingkungan, kehidupan nasional bangsa kita dengan mengajak teman-teman, simpatisan-simpatisan kita, alumni, dan siapa saja yang berjuang untuk cita-cita bangsa. Berjalan terus, memang itulah kehendak kita tanpa tendensi-tendensi interes pribadi atau sesuatu pihak. Makna yang tertuang dalam Indepedensi bukannya netral, menyendiri, atau mengisolasi diri. Independensi berarti tetap komitmen kepada nilai-nilai dasar perjuangan, yakni Islam sebagai satu kebenaran mutlak yang menjadi dasar Organisasi HMI. Bukannya kepada perorangan, golongan, atau kekuatan sosial politik mana pun juga. 

Berjalan bersama dan bekerja bersama dengan siapa saja yang dalam jalan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Amanat Penderitaan Rakyat, menyukseskan dan meratakan pembangunan di segala bidang. Sementara kita jalan terus dalam misi keislaman dan keindonesiaan untuk kepentingan umat dan bangsa demi memajukan negara tercinta. Perlulah kita perhatikan kata-kata: Lihatlah dirimu, tengoklah ke belakang, dan pandanglah jauh ke depan.

Sejarah sudah mencatat bahwa selama tujuh puluh tiga tahun, HMI memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan menonjol yang pernah di perbuat HMI adalah dalam aspek politik, seperti partisipasi aktif HMI dalam ikut membantu Pemerintah mengusir penjajah, ikut langsung ke gelanggang medan pertempuran. Alhasil Pemerintah dan para pejuang berhasil mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.

Sesudah perang usai , terdapat beberapa kader HMI melanjutkan kariernya di bidang militer, diantaranya Letnan Jenderal Ahmad Tirtosudiro (Ketua Umum PB HMI 1949), Letnan Kolonel Karnoto Zarkasy (Pendiri HMI), dan Hartono (Komandan Corps Mahasiswa). Kemudian HMI ikut dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1949, penumpasan Gestapu/PKI, pembinaan Orde Baru dengan angkatan 66-nya. Itulah bentuk pengabdian HMI kepada negara tercinta ini dalam bidang politik.

Sebagai organisasi perjuangan HMI akan selalu berperan aktif dalam aspek politik, ekonomi, pendidikan, hukum dan lain-lain. Sehingga pemikiran para kader HMI bisa membantu pembangunan sumber daya manusia. Dengan itu bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa asing. Saat ini di perlukan ide-ide pembaharuan dari kader HMI, seperti yang pernah dilakukan oleh Nurcholish Madjid pada tahun 1970 dengan judul “Keharusan pembaruan pemikiran Islam dan masalah integrasi umat”, yang kemudian memunculkan jargon “Islam Yes Partai Islam No”.

Kader HMI selalu dituntut untuk memiliki suatau gambaran masyarakat ideal (imagined community) yang ingin diwujudkan di masa depan demi kepentingan bangsa Indonesia. Itulah tugas yang di emban oleh kader HMI selepas mereka mengikuti jenjang training, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt. Namun usaha untuk mencapai itu semua tidaklah mudah, diperlukan kerja keras dari setiap kader untuk mengembangkan potensi mereka masing-masing. Sehingga apa yang sudah di rencanakan bukan hanya sekedar wacana belaka tetapi harus benar-benar terlaksana. Saat ini para kader HMI lebih dominan dalam hal wacana dibandingkan dengan praktik langsung. Kebiasaan ini harus diubah secepatnya, agar cita HMI untuk membantu Pemerintah dalam menciptakan kehidupan yang  adil makmur dapat terwujud. HMI harus meningkatkan peran sentralnya sebagai problem solver atas permasalahan keumatan dan kebangsaan secara terencana dan berkelanjutan. Untuk meningkatkan peran tersebut diperlukan data pendukung yang cukup. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kapasitas kader maupun organisasi dalam menyediakan data-data aktual dan valid tentang situasi keumatan dan kebangsaan secara up to date.

Hiruk-pikuk sosial politik saat ini dan  semakin gencarnya arus globalisasi menghadirkan tantangan serius bagi bangsa Indonesia dan khususnya HMI. HMI perlu meneguhkan spirit perjuangan yang telah ditanamkan para pendiri serta menciptakan inovasi baru dalam pergerakannnya. Supaya HMI selalu mampu menjawab problematika zaman dengan kaidah-kaidah kemaslahatan yang kompataibel. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gerakan-gerakan radikalisme yang ingin mengganti dasar negara. Disni HMI harus mengambil peran demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang susah payah dibangun oleh para founding father.

Kemampuan keilmuan kader HMI haruslah terus di tingkatkan, karena dengan keilmuan yang tinggi, ia bisa menyumbangkan ide-idenya untuk menjawab tantangan yang sedang di hadapi bangsa ini. Kedudukan dan posisi orang-orang yang memiliki ilmu yang tinggi oleh Allah Swt, secara khusus disebutkan dalam al-Quran Surah al-Mujadalah (58:11) bahwa “Allah Swt akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt Maha teliti apa yang kamu kerjakan”. Kedudukan maupun posisi orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dengan yang tidak memiliki ilmu pengetahuan akan berbeda kapan dan dimana pun berada dan tidak akan bisa sejajar. Karena orang yang berilmu itu mempunyai kelebihan dan keistimewaan, yaitu berupa kecerdasan yang akan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengelola dan mengubah dunia ini dan khususnya bangsa Indonesia demi kemaslahatan umat dan bangsa. Disini perlunya pembangunan kultur intelektual kader HMI sebagai kader umat dan bangsa. Dengan berkat ilmunya itu digunakan untuk memimpin suatu bangsa yang besar menuju masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Swt.

Max Weber menganggap bahwa keunggulan personal sangat menentukan dan akan menampilkan ketokohan, yang memiliki kekuatan nilai (religius) dan kekuatan intelektual. HMI memiliki potensi besar untuk menciptakan iklim intelektualisme, dengan melihat indikator-indikator pendudkung: (1) Anggota HMI memiliki dasar keilmuan dan sejarah intelektual, sesuai dengan statusnya sebagai mahasiswa, (2) Anggota HMI semuanya adalah mahasiswa yang memiliki ilmu pengetahuan sebagai calon sarjana dan intelektual, (3) HMI sejak awal memiliki wawasan keintelektualan, dengan kesadaran bahwa pembaharuan pemikiran sebagai keharusan sejarah, (4) HMI telah memiliki pola perkaderan yang relatif memenuhi syarat untuk mencetak kader yang siap bersaing dalam segala bidang (Hariqo wibawa Satria: 2010).

Tradisi intelektual di kalangan kader HMI harus terus di jaga dan di tingkatkan, agar mampu memberi respon positif pada setiap tantangan yang di hadapi negara Indonesia. Apabila proses transendensi yang dilakukan HMI, dengan segenap penahapan strategis yang dilakukan, dapat berjalan sesuai dengan rencana, yaitu berhasil menciptakan kader-kader yang memiliki etos intelektualisme. Diharapkan juga akan melahirkan profil-profil yang genius dan unggul, sehingga dapat membantu Pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara. Profil seperi itu adalah manusia yang lahir satu abad mendahului zamannya, mampu menjangkau masa depan, merumuskan pemikiran-pemikiran secara rasional tentang masalah-masalah bangsa, sekaligus memberi pemikiran yang bersifat solutif kepada negara tercinta ini.

Sekitar tahun 2020-2025 diprediksi akan terjadi perubahan sosial yang mendasar. Indonesia akan sampai pada titik pertumbuhan dan perkembangan sosial, budaya, politik yang boleh disebut final, ketika umat Islam Indonesia secara keseluruhan telah menjadi dewasa penuh. Kedewasaan itu akan berdampak penuh pada kepada seluruh sektor kehiduapan bangsa, termasuk Pemerintahan. Dalam Situasi ini HMI harus mengambil peran demi menjaga kestabilan kondisi sosial, budaya dan politik.  

Agung Baskoro , mengenai 2025 dalam tulisannya Partai Politik dan Regenerasi Kepemimpinan di Indonesia, menjelaskan peluang memperbaiki negeri ini cukup besar saat mencermati dinamika yang mewarnai reformasi dalam satu dekade. Banyak perubahan telah terjadi, namun masyarakat masih menatikan perubahan sesungguhnya hadir. Besar harapan yang ada dipundak kader HMI, untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, sehingga mengurangi beban mereka. Sebagai kader yang mengamalkan ajaran Islam, kader HMI dituntut untuk ikut serta dalam membangun negara ini.

Ketidakharmonisan bangsa akhir-akhir ini tidak muncul secara spontan, saling hujat menghujat  sesama anak bangsa seolah mempertanyakan kembali seperti apakah wajah Indonesia yang sesungguhnya. Ketidakharmonisan itu terjadi karena adanya perbedaan pilihan politik pada pemilu 2019. Bangsa ini bukannya harus berlari sekencang-kencangnya untuk mengejar ketertinggalan, tapi malah mengalami kemunduran. Sebagai bangsa yang majemuk sebelum dan sesudah didirikan, sangat miris kondisi hari ini, seolah keragaman dan kemajukan bangsa ini kembali di pertanyakan. Terciptanya suatu harmoni dalam kemajemukan itu memanglah tidak mudah. Bangsa ini memiliki simbol bersama yang berupa konsensus yaitu Pancasila. Jika semua instrument dan setiap entitas dibangsa ini bisa saja dengan mudah untuk meretas perbedaan sudut pandang tersebut dengan consensus yang ada. Permasalahannya adalah siapa yang harus mengawal konsensus tersebut tanpa menafsirkannya secara sectarian dan meminggirkan kepentingan kelompoknya.

Sebagai organisasi yang tidak mempunyai induk dan berafiliasi dengan partai politik mauapun ormas tertentu, HMI harus tampil sebagai pemersatu umat dan bangsa, supaya kehangatan dan keharmonisan dalam bernegara dapat terwujud. Terbukti hingga saat ini HMI dikenal sebagai organisasi yang demokratis dalam perjalanan kiprahnya selama tujuh puluh tiga tahun, serta memiliki kualitas kader yang mumpuni di tandai dengan pola kaderisasi dan banyak alumni HMI yang mengisi posisi strategis dalam Pemerintahan.

Cita-cita bangsa Indonesia bukan lagi mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, tetapi cita Indonesia adalah mengantarkan rakyat kepada kemerdekaan yang hakiki, yaitu terlepas dari segala bentuk penindasan. Sedangkan tujuan bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap pemimpin bangsa ini pasti menginginkan amanat cita-cita dan tujuan itu dapat dicapai suatu saat nanti. Seperti halnya tujuan HMI yang termuat dalam pasal 4 Anggran Dasar yang berbunyi “ Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt”. Sama halnya dengan tujuan bangsa Indonesia, tujuan HMI pun di harapakan agar dapat dicapai, sehingga masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt benar-benar terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Selama tujuh puluh tiga tahun, HMI sudah tidak lagi diragukan kiprahnya dalam mengawal dan membantu negara ini dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan. Kemampuan intelektual para kader HMI dan alumninya itu sesuai dengan kebutuhan negara ini akan orang-orang yang akan menjadi pemimpin bagi Indonesia dimasa yang aka datang. Besar harapan saya sebagai kader HMI, bahwa suatu saat nanti para kader HMI bisa mewujudkan masyarakat yang ideal, sehingga tidak ada lagi penindasan bagi rakyat oleh penguasa.

Sebagai kader HMI, saya merasa ada kebanggan tersendiri melihat eksistensi HMI hingga setua ini. HMI sudah banyak berkontribusi untuk umat dan bangsa ini, tanpa meminta balas jasa (ikhlas). Perjuangan keummatan dan kebangsaan selalu selaras dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Ini membuktikan bahwa pergerakan semangat HMI selalu selaras dengan tuntutan zaman. Akhir kata saya berharap dimasa yang aka datang Himpunan tercinta ini akan terus eksis mengawal pembangunan bangsa ini. Karena saya berkeyakinan hanya kader-kader HMI lah yang mampu menjawab dan menyelesaikan semua persolan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang dan masa yang akan datang.

#Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu dan sampaikan dengan amal.

#YakinUsahaSampai

Billahi Taufiq Walhidayah
Wassalamulaikum Wr.Wb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sindikat NDP HMI

sumber foto: Yakusa Blog RPP/SINDIKAT MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI Tujuan Pembalajaran Umum: Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta substansi materi secara garis besar dalam organisasi. Tujuan Khusus: 1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam organisasi. 2.Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan. 3.Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran. 4.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta. 5.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia. 6.Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat. 7.Peserta dapat menjalankan hubungan antara iman, ilmu dan amal. Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab Bahan: Buku-buku filsafat, NDP, papan tulis, spidol dan kebutuhan lain yang relevan. Waktu: 14 Jam Evaluasi: Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1.Sejarah perumusan NDP dan keduduk

Dualisme PB HMI Periode 2002-2004 dan Cara Penyelesaiannya Part 1

 Kongres ke-23 HMI di Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur tanggal 22 April-1 mei 2002, telah memilih dan menetapkan Kholis Malik (HMI Cabang Yogyakarta), sebagai ketua umum PB HMI periode 2002-2004. Kholis Malik menang atas Ahmad Doli Kurniawan. Beberapa saat setelah kongres ditutup, tersiar luas berita bahwa Kholis Malik tidak lagi berstatus sebagai Mahasiswa, maka otomatis tidak lagi menjadi anggota HMI. Maka berarti terpilihnya Kholis Malik tidak memenuhi syarat dan dengan sendirinya batal, maka perlu dilaksanakan kongres luar biasa HMI sekarang juga, karena peserta belum pulang ke Cabang masing-masing. Akan tetapi suara-suara sumbang itu dapat diredam. Struktur dan susunan PB HMI periode 2002-2004 pun terbentuk, posisi Sekretaris Jenderal PB HMI dipegang Muchlis Tapi Tapi.   Dari kasus ini pada pertengahan bulan mei 2002 data secara tertulis menunjukkan bahwa Kholis Malik dengan keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 406/SK/R/UI/2001, Tentang Pemberhentian Sebag

Detik-Detik Kelahiran HMI Dan Kata-Kata Lafran Pane

 Setelah mengalami berbagai hambatan yang cukup berat selama kurang lebih 3 bulan, detik-detik kelahiran organisasi mahasiswa islam akhirnya datang juga. Saat itu adalah hari-hari biasa mahasiswa-mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI)  datang sebagaimana biasanya untuk mengikuti kuliah-kuliah, tanpa diduga dan memang sudah takdir Tuhan, mahasiswa-mahasiswa yang selama ini menentang keras kelahiran HMI tidak hadir mengikuti perkuliahan.  Saat itu jam kuliah tafsir, dosennya Hussein Yahya, Lafran Pane meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku ketua III Senat Mahasiswa STI, Hussein Yahya mengizinkan meskipun ia belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu.   Akhirnya, dengan segala persiapan, saat itu hari Rabu pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 M, jam 16:00 Wib bertempat di salah satu ruangan kuliah STI, jalan Setyodiningratan, masuklah mahasiswa Lafran Pane, langsung berdiri di depan k