Langsung ke konten utama

Dualisme PB HMI Periode 2002-2004 dan Cara Penyelesaiannya Part 1


 Kongres ke-23 HMI di Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur tanggal 22 April-1 mei 2002, telah memilih dan menetapkan Kholis Malik (HMI Cabang Yogyakarta), sebagai ketua umum PB HMI periode 2002-2004. Kholis Malik menang atas Ahmad Doli Kurniawan. Beberapa saat setelah kongres ditutup, tersiar luas berita bahwa Kholis Malik tidak lagi berstatus sebagai Mahasiswa, maka otomatis tidak lagi menjadi anggota HMI. Maka berarti terpilihnya Kholis Malik tidak memenuhi syarat dan dengan sendirinya batal, maka perlu dilaksanakan kongres luar biasa HMI sekarang juga, karena peserta belum pulang ke Cabang masing-masing. Akan tetapi suara-suara sumbang itu dapat diredam. Struktur dan susunan PB HMI periode 2002-2004 pun terbentuk, posisi Sekretaris Jenderal PB HMI dipegang Muchlis Tapi Tapi.

  Dari kasus ini pada pertengahan bulan mei 2002 data secara tertulis menunjukkan bahwa Kholis Malik dengan keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor: 406/SK/R/UI/2001, Tentang Pemberhentian Sebagai Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia atas nama Kholis Malik, Nomor Mahasiswa: 69610071, tanggal 28 Desember 2001, yang ditandatangani Wakil Rektor 1: dr. Usman Chatib Warsa, Ph.D, Sp.MK. Jadi, sewaktu Kholis Malik mencalonkan diri dan terpilih sebagai Ketua Umum PB HMI pada kongres ke-23 HMI di Balikpapan, 1 mei 2002, Kholis Malik tidak berstatus lagi sebagai Mahasiswa. Akan tetapi masih mengaku sebagai mahasiswa. Pengakuan itulah yang oleh HMI dianggap sebagai pembohongan besar terhadap HMI. Oleh karena itu, Kholis Malik harus mundur sebagai Ketua Umum PB HMI demi untuk kebaikan saudara Kholis Malik sendiri maupun HMI. Awalnya Kholis Malik mengaku sebagai mahasiswa dan tidak mau mundur, sementara desakan agar Kholis Malik segera mundur semakin mengkristal. Kemelut di HMI muncul kembali, tatkala lewat sidang pleno PB HMI di Ragunan Jakarta tanggal 5-9 Februari 2003 mem-PJ kan Ketua Umum PB HMI kepada Muchlis Tapi Tapi yang semula sebagai Sekretaris Jenderal PB HMI.

    Ketua Umum PB HMI Kholis Malik dan di dukung sebagian teman-temannya, melalui surat Nomor: 264/A/12/1423, tanggal 8 Februari 2003, tentang instruksi pengamanan organisasi yang prinsipnya tidak mengakui hasil sidang pleno PB HMI tanggal 5-9 februari 2003. Kholis Malik dan teman-temannya tetap bertahan dan bertindak sebagai PB HMI. Fungsionaris-fungsionaris PB HMI pendukung sidang pleno PB HMI di Ragunan di reshuffle dari PB HMI. Maka puncak dari kemelut di tubuh PB HMI muncul dua PB HMI. Pertama, PB HMI di bawah pimpinan Kholis Malik dan Nuzran Joker sebagai ketua umum dan sekretaris jenderal. Kedua, PB HMI di bawah pimpinan Muchlis Tapi Tapi dan Heri Susanto sebagai sekretaris jenderal PB HMI. Sudah barang tentu, dampak dari perpecahan ini membawa pengaruh luas dan dalam bagi kehidupan HMI secara nasional, maupun di tingkatan Badko, Cabang, dan Komisariat.

   Mengakhiri dualisme dalam HMI, ketika berlangsungnya sidang pleno PB HMI, saya (Agussalim Sitompul) diminta PB HMI menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-56 HMI. Agussalim Sitompul menyampaikan orasi ilmiah berjudul Akhlak Kepemimpinan Dalam HMI, dengan mengambil rujukan tentang akhlak kepemimpinan Prof. Drs. H. Lafran Pane yang juga sebagai ketua PB HMI pertama, dengan ikhlas menyerahkan jabatan Ketua PB HMI kepada M.S. Mintaredja. Lafran Pane menunjukkan jiwa besarnya dengan ikhlas demi kepentingan HMI di masa-masa mendatang.

  Sidang pleno HMI menghendaki agar Kholis Malik hadir, karena ia sendiri ikut merancangnya. Akan tetapi sampai berakhirnya sidang pleno Kholis Malik dan kawan-kawan tidak nampak hadir. Untuk mengatasi kemelut itu, Agussalim Sitompul mengajukan satu konsep penyelesaian menyeluruh kasus HMI. Konsep itu disetujui Muchlis Tapi Tapi dengan teman-temannya. Isinya: 1) cabut surat keputusan reshuffle PB HMI yang dilakukan ketua PB HMI Kholis Malik, sehingga PB HMI utuh kembali seperti semula. 2) beri kesempatan kepada Kholis Malik untuk memimpin HMI sampai 6 bulan kedepan. 3) setelah 6 bulan, adakan sidang pleno untuk mem-Pj kan ketua umum atau adakan sidang pleno untuk mempersiapkan dan menetapkan pelaksanaan kongres HMI yang di percepat, tanpa terlebih dahulu mem-Pj kan Ketua umum.

#YakinUsahaSampai 

Sumber gambar: law-justice

Sumber buku: 44 Indikator Kemunduran HMI Karya Prof. DR. H.  Agussalim Sitompul 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sindikat NDP HMI

sumber foto: Yakusa Blog RPP/SINDIKAT MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI Tujuan Pembalajaran Umum: Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta substansi materi secara garis besar dalam organisasi. Tujuan Khusus: 1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam organisasi. 2.Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan. 3.Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran. 4.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta. 5.Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia. 6.Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat. 7.Peserta dapat menjalankan hubungan antara iman, ilmu dan amal. Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab Bahan: Buku-buku filsafat, NDP, papan tulis, spidol dan kebutuhan lain yang relevan. Waktu: 14 Jam Evaluasi: Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan 1.Sejarah perumusan NDP dan keduduk

Detik-Detik Kelahiran HMI Dan Kata-Kata Lafran Pane

 Setelah mengalami berbagai hambatan yang cukup berat selama kurang lebih 3 bulan, detik-detik kelahiran organisasi mahasiswa islam akhirnya datang juga. Saat itu adalah hari-hari biasa mahasiswa-mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI)  datang sebagaimana biasanya untuk mengikuti kuliah-kuliah, tanpa diduga dan memang sudah takdir Tuhan, mahasiswa-mahasiswa yang selama ini menentang keras kelahiran HMI tidak hadir mengikuti perkuliahan.  Saat itu jam kuliah tafsir, dosennya Hussein Yahya, Lafran Pane meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku ketua III Senat Mahasiswa STI, Hussein Yahya mengizinkan meskipun ia belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu.   Akhirnya, dengan segala persiapan, saat itu hari Rabu pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 M, jam 16:00 Wib bertempat di salah satu ruangan kuliah STI, jalan Setyodiningratan, masuklah mahasiswa Lafran Pane, langsung berdiri di depan k